Tantowi Ahmad – Mengimbangi Liliyana Natsir
Nova
Widianto-Liliyana Natsir merupakan salah satu dari sedikit ganda campuran
Indonesia yang berprestasi gemilang. Dibandingkan dengan tunggal-ganda putra,
prestasi ganda campuran memang tidak mencolok. Namun, Nova/Liliyana membuktikan
diri sebagai pelepas dahaga ketika prestasi bulutangkis Indonesia tertinggal
dari Negara lain. Dua kali juara dunia, sekali runner up, medali perak
olimpiade, dan prestasi lainnya selama berpasangan selama kurang lebih 5 tahun
menjadi bukti superioritas mereka. Namun, seiring dengan berjalannya waktu,
Nova semakin dimakan usia yang lama kelamaan ia tidak mampu mengcover Liliyana
yang jauh lebih muda dibawahnya. Perceraian resmi terjadi saat menjelang Asian
Games November 2010. Tantowi Ahmad dibebani tugas berat untuk menggantikan
posisi Nova Widianto.
Awalnya
saya sangat tidak suka ketika Liliyana Natsir becerai dari Nova Widianto dan
kemudian dipasangkan dengan Tantowi Ahmad. Memang saat prestasi Nova-Liliyana
menurun saya berharap mereka segera berpisah karena dari beberapa pertandingan
terakhir pasangan ini banyak kalah karena kesalahan Nova (tidak menuduh lhooo).
Sehingga saya berpikir bahwa Liliyana harus segera mendapat pasangan baru, agar
kemampuannya tidak terhalang oleh berkurangnya kemampuan Nova. Namun bukan
Tantowi yang saya harapkan untuk menggantikan Nova.
Saya
sangat berharap bahwa saat itu Liliyana dipasangkan dengan Mohammad Rijal.
Kenapa? Karena pengalamannya cukup baik untuk mengcover Liliyana. Mohammad
Rijal pernah menjuarai Jepang super Series saat baru saja dipasangkan dengan
Vita Marissa dan saat itu di final mereka mangalahkan Nova/Liliyana. Sehingga
saya berharap perbedaan antara Nova Widianto dengan pasangan baru Liliyana
tidak begitu jauh agar segera meraih prestasi maksimal.
Selain
Mohamad Rijal, saya juga punya nama lain yaitu Hendra Setiawan. Meski ini,
bersifat sangat pribadi karena saya paling mengidolakan dengan kedua pemain
ini. Dan adapula yang mengatakan kalau mereka pacaran Hihi.. Namun kalau itu
saya tidak terlalu berharap karena memang saya lebih mengharapkan Hendra
berprestasi maksimal di ganda putra.
Ternyata
pilihan saya tidak sama dengan pilihan PBSI. Mereka menjatuhkan pilihan pada
Tantowi Ahmad yang saya tidak tahu apa prestasi sebelumnya. Sebelumnya saya
mendengar bahwa PBSI menginginkan agar Liliyana bisa menjadi leader untuk
pasangannya. Selama ini, Liliyana selalu menjadi junior dengan pasangannya
yaitu saat berpasangan dengan Nova di ganda campuran dan Vita Marissa di ganda
putri dan yang kemudian memang banyak menghasilkan prestasi.
Sedikit
kecewa, walaupun setelah itu saya melihat berita bahwa mereka juara di Macau
terbuka, dan menjadi runner up di Taiwan GP gold. Tetap saja saya belum
semangat mendukung pasangan baru ini. Apalagi kemudian Tantowi langsung
menggantikan Nova Widianto di arena Asean Games yang saya lupa mereka sampai di
babak mana dan kalah oleh siapa. Saya semakin tidak memperhatikan perkembangan
pasangan baru ini.
Saya
mulai curiga ketika Tantowi/Liliyana tidak ikut di Sudirman Cup Karena Liliyana
cidera. Kecurigaan saya muncul karena saat itu juga saya tau kalau mereka sudah
ada di posisi nomor 4 dunia. Kemudian saya juga tau bahwa mereka baru saja
menjuarai India Open. Kembali saya tidak semangat. Saat itu saya tidak tau
kalau India Open sudah meningkat menjadi Super Series. Dan kemudian saya
berpikir kalau mereka masih hanya bisa meraih gelar yang tingkatnya dibawah super
series.
Saya
masih tidak menyambut ketika ada Singapura Open SS. Saat itu saya hanya sekilas
melihat berita berjalan di TV kalau mereka maju ke perempat final. Setelah itu
saya tidak pernah melihat berita lagi, karena saya juga sedang jarang menonton
berita olahraga pagi hari. Sehingga saat itu saya mengira bahwa mereka sudah
kalah karena saya tidak melihat perkembangannya. Saya malah hanya tau kalau
pasangan Alvent/Hendra AG yang maju ke final. Dan saya juga tidak mencari
beritanya lebih lanjut.
Tidak taunya
ketika turnamen Indonesia Open komentator sering menyebutkan prestasi pasangan
ini. Termasuk Singapura SS yang baru saja berakhir. Saya kemudian penasaran dan
browsing di kompas.com dan mencari berita-berita yang kemarin, terutama tentang
Singapura SS. Ternyata mereka memang juara tanpa kehilangan satu game pun.
Senang banget rasanya. Meski malu juga karena saya telah berimaginasi buruk.
Untungnya ini hanyalah imaginasi yang belum saya lontarkan kepada siapapun.
Xixixi…..Dan kini saya bocorkan karena saya sudah tau kebenarannya.
Meski
kemarin gagal menjaid juara, bukan berarti permainan mereka buruk. Setiap
televisi menyiarkan pertandingannya saya merasa terhibur karena permainan
mereka begitu apik. Mengenai menang dan kalah tentu yang lebih siap dalam
pertandingan itu yang akan menjadi juara. Karena lawan mereka adalah Zhang
Nan/Zhao Yunlei, ganda campuran China nomor satu dunia.
Kini
mereka sudah berada di rangking 2 dunia. Bukan tidak mungkin sebentar lagi
mereka akan menjadi yang nomor satu. Tantowi telah membuktikan bahwa ia tidak
mengecewakan ketika harus diberi tanggung jawab menggantikan Nova Widianto.
Liliyana telah membuktikan bahwa ia pun tidak masalah dibebani tanggungan
sebagai senior. Menjadi yang terbaik hanyalah masalah waktu. Semangat dan
tersenyumlah idolaku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar